Cerita dari Klien Kami

 

Cerita dari Nengah dan Gede

Nengah dan Gede adalah dua bersaudara (Gede adalah kakak dan Nengah adalah adik). Kedua kakak-beradik ini mengalami polio sejak usia dini, dan mereka telah mendapatkan rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi YAKKUM (PRY) di Yogyakarta, Jawa Tengah dan PUSPADI Bali di Bali.

Ketika pertama kali “ditemukan” oleh PUSPADI Bali, Nengah yang saat itu masih berusia 12 tahun tidak mampu berdiri dan satu satunya cara berjalan adalah dengan merangkak. Dia tidak pernah bersekolah, sebab ia berasal dari keluarga yang miskin dan tidak memiliki transport maupun uang untuk membiayai transportasi. Sangat sulit baginya untuk “berjalan” ke sekolah karena jarak.

HKakaknya, Gede, berusia sekitar 14 tahun ketika “ditemukan” pertama kali oleh PUSPADI Bali. Kondisinya sedikit lebih beruntung; ia mampu berdiri tegak walaupun salah satu kakinya lumpuh dan lebih pendek. Untuk berjalan ia menggunakan tongkat bambu sebagai penopang dan ini sering membuat ketiaknya terluka. Setelah beberapa kali dikunjungi dan didekati, akhirnya orang tua mereka memberikan ijin untuk mereka dibawa ke Yogyakarta. Disana mereka dioperasi, diberikan terapi, konseling, dan pendidikan. Untuk pertama kalinya setelah dioperasi Nengah bisa berdiri dengan bantuan tongkat dan pen, serta bisa bertatapan langsung dengan orang dan tidak lagi melihat dunia dari tanah seperti sebelumnya.

Gede mendapatkan penjepit (brace) dengan tatakan kecil untuk mengistirahatkan kakinya yang lebih pendek serta kaki buatan. Gede sangat senang dan bangga bisa bergerak dan bepergian dengan jauh lebih mudah.

Meskipun tidak pernah bersekolah, Nengah terbukti merupakan siswa yang sangat cemerlang. Dalam 10 bulan selama ia berada di Yogyakarta, ia belajar membaca, menulis dan mampu menyelesaikan studi dari tingkat dasar sampai kelas 5! Gede juga terbukti merupakan seorang pelajar yang mahir, dan keduanya kembali ke Bali dengan kepercayaan diri serta harga diri yang jauh meningkat. Dengan disponsori oleh PUSPADI Bali, mereka mampu melanjutkan pendidikan di sekolah untuk para pelajar yang memiliki kebutuhan khusus. Di sekolah ini Nengah mendapatkan peringkat teratas, dan Gede juga lulus dengan hasil yang baik.

Sekarang Nengah sedang melanjutkan di sekolah pariwisata di Nusa Dua, Bali. Gede telah lulus dengan diploma dalam bidang Akuntansi Komputer dan Pajak, dan ia berharap untuk dapat melanjutkan agar mendapatkan gelar sarjana. Saat ini ia bekerja di Hotel Mercure.

 

Dari Bali ke Paralympics di London

Sementara itu, dengan fisioterapi yang didapatkan di Yogya, kedua kakak-beradik ini terus mengembangkan kekuatan tubuh bagian atas. Dan dengan berbekal kekuatan tubuh bagian atas ini, mereka lalu berkompetisi di kejuaraan tingkat Daerah dan Nasional untuk angkat berat.

Nengah telah berhasil memenangkan medali di Cina, Thailand dan Malaysia. Di ASEAN Para Games tahun 2011, dia berhasil mengumpulkan emas dengan mengangkat beban 87 kilogram. Pada tahun 2012 Nengah merupakan satu-satunya perempuan yang mewakili Indonesia pada Paralimpiade ke-20 di London dan mendapatkan urutan ke-5 di tingkat Dunia! Pada tahun 2014 Nengah memenangkan emas di ASEAN Para Games di Myanmar. Ia berharap untuk berada di Paralimpiade di Rio de Janeiro di tahun 2016 nanti.


PUSPADI Bali sangat bangga melihat bagaimana kedua orang ini telah berhasil mengatasi disabilitas mereka meskipun sebelum mendapatkan rehabilitasi mereka berasal dari keluarga yang hidup dalam kemiskinan. Mereka hanyalah 2 contoh dari penyandang disabilitas yang menerima rehabilitasi, dan sama pentingnya, rehabilitasi tersebut mereka dapatkan secara berkelanjutan. Sementara itu berdasarkan catatan masih ada lebih dari 11.000 penyandang disabilitas di Bali yang membutuhkan bantuan pemberdayaan.

Perjalanan PUSPADI Bali untuk melayani penyandang disabilitas masih sangat panjang. Terima kasih kepada para pendukung kami, masyarakat luas, Inspirasia secara khususnya, serta upaya dari semua orang sehingga PUSPADI Bali mampu melayani semakin banyak penyandang disabilitas di Bali dan di Indonesia Timur dengan pelayanan yang lebih baik.

Dan kabar baiknya, pemerintah lokal sudah mulai lebih fokus pada penyadaran dan sumber daya untuk kebutuhan para penyandang disabilitas.