Sejarah

PUSPADI Bali didirikan pada tahun 1999 dengan visi untuk mengembangkan layanan guna mendukung sebagian penyandang disabilitas yang paling terpinggirkan di pulau ini. Sampai saat ini, PUSPADI Bali adalah satu-satunya organisasi di Bali yang menyediakan layanan lengkap, dengan terus-menerus memberikan tindak lanjut bagi penyandang disabilitas fisik, baik dari sisi rehabilitasi medis, maupun dalam bentuk pendidikan dan pelatihan kejuruan.


History of PUSPADI Bali (formerly YAKKUM Bali 1999 to 2013)

Nengah Letra
Nengah Latra

I Nengah Latra adalah Pendiri PUSPADI Bali (pada tahun 1999-2013 dikenal dengan nama YAKKUM Bali). Latra berasal dari Karangasem, Bali Timur, salah satu kabupaten yang paling miskin dan paling kering di pulau Bali. Latra mengalami kecelakaan ledakan minyak tanah yang menyebabkan lengannya menempel ke tubuhnya. Kecelakaan tragis ini terjadi di usianya yang ke-19 dan menyebabkan ia mengunci diri serta tidak mau bertemu dengan lingkungannya karena malu akan disabilitasnya. Ini berlangsung selama beberapa tahun sampai akhirnya ada seorang petugas lapangan dari Pusat Rehabilitasi YAKKUM Yogyakarta yang datang dan membujuknya untuk mendapatkan rehabilitasi.

Latra mendapatkan operasi serta pengobatan sehingga ia kembali bisa menggunakan lengan dan tangannya. Latra menyelesaikan rehabilitasi dan kemudian bekerja di YAKKUM Yogyakarta, mulai dari kedudukan paling bawah sampai dipercaya menjadi manajer senior. Dalam tugasnya, Latra sering melakukan perjalanan ke Bali untuk mengajak para penyandang disabilitas di Bali untuk mendapatkan rehabilitasi di YAKKUM Yogyakarta. Ia melihat banyak penyandang disabilitas di Bali yang dibebani dengan pandangan negatif masyarakat bahwa disabilitas adalah suatu karma. Ia juga melihat banyak penyandang disabilitas di Bali yang membutuhkan pelayanan rehabilitasi.

Setelah dia kembali ke bali dan membeli sebuah mobil tua (yang menjadi rumah, kantor dan ambulan untuk empat tahun kedepan), ia mengendarainya keliling bali untuk mencari Penyandang Disabilitas yang tidak pernah bersosialisasi, dilupakan dan malu akan kondisi mereka. Bapak Latra adalah seseorang yang melakukan sesuatu dengan tindakan, ia berusaha mencarikan Kursi Roda atau alat bantu gerak lainnya agar mereka bisa berkegiatan secara mandiri. Merasa bahwa mereka memerlukan bantuan lebih untuk menghubungkan kesempatan mendapat pekerjaan dan pendidikan, ia juga menghubungkan perusahaan yang secara langsung ingin membantu Penyandang Disabilitas melalui penyediaan lapangan pekerjaan.

Setelah PUSPADI Bali berkembang dengan tim yang lebih banyak, dan kami sudah berhasil membantu lebih dari empat ribu orang penyandang disabilitas di Bali dan Nusa Tenggara Timur, sehingga mereka bisa hidup secara mandiri dan menjalani kehidupan yang produktif dan lebih baik.
Staf-staf PUSPADI Bali secara rutin turun kelapangan untuk mencari penyandang disabilitas yang memerlukan kaki palsu, AFO, kursiroda, atau alat mobilitas yang lain. Serta telah diakui PUSPADI Bali adalah salah satu yayasan yang membantu penyandang disabilitas, Pak Latra dan staf juga mendukung pembentukan PERDA (peraturan daerah) untuk penyandang disabilitas. Agar bisa diperlakukan sama untuk mendapat pekerjaan, pendidikan dan termasuk bersosialisasi dengan masyarakat.

Colin McLennanColin McLennan

YAKKUM Yogyakarta didirikan pada tahun 1982 oleh Colin McLennan MBE yang berasal dari Selandia Baru. Selang bertahun-tahun kemudian, Colin jugalah yang banyak membantu Latra memulai PUSPADI Bali. Janice Mantjika yang datang ke Bali pada tahun 1964 juga telah menjadi pendukung sejak lama, sebagai anggota dewan dan duta PUSPADI Bali.

Janice MantjikaJanice Mantjika

Selama bertahun-tahun, dengan dukungan dari Colin dan Janice, Latra berhasil mengajukan permohonan dana, menerima hibah dari Kedutaan Besar Inggris dan gedung dari pemerintah Bali (LBK Dinas Sosial Kabupaten Badung), sehingga menyebabkan berdirinya PUSPADI Bali pada tahun 1999. PUSPADI Bali berkembang melalui bantuan asing sampai terjadinya teror bom Bali pada Oktober 2002, yang menyebabkan banyak warga asing pergi meninggalkan Bali, termasuk beberapa penyandang dana utama dari PUSPADI Bali.

Rucina Ballinger
Rucina Ballinger

Pada tahun 2003, Mark Weingard, pendiri Yayasan Inspirasia, terhubung dengan Latra melalui bantuan Rucina Ballinger (yang pada saat itu menjadi CEO dari YKIP), dan kerjasamapun dimulai.

Mark WeingardMark Weingard

Melalui dukungan dari masyarakat asing dan Inspirasia, PUSPADI Bali telah mengubah kehidupan ribuan orang penyandang disabilitas dan keluarganya, baik di Bali, Jawa, dan berbagai tempat terpencil lainnya di Indonesia Timur seperti Lombok, Sumba, dan Flores.

Latra dan staf PUSPADI Bali (75 persen merupakan penyandang disabilitas) tidak lagi menyembunyikan kekurangan mereka dan focus untuk memberdayakan Penyandang Disabilitas fisik yang mempunyai potensi dan produktif.

Pada 2013, YAKKUM Bali memutuskan untuk mengubah nama menjadi PUSPADI Bali (Pusat Pemberdayaan Penyandang Disabilitas) agar lebih mencerminkan arah organisasi baik yang sekarang maupun yang akan datang, serta untuk lebih menunjukkan identitasnya.