Drink Up: Penyaring air bisa meningkatkan kualitas hidup Penyandang Disabilitas di Bali Timur

Staf PUSPADI Bali &Kopernik memberi sebuah alat penyaring air untuk Ni Ketut Kembar dan keluarganya.

Ni Ketut Kembar 46 tahun dari Karangasem mengidap penyakit  yang melemahkan otot  yang menyulitkannya untuk memenuhi kebutuhan pokok, seperti air minum.  Lumpuh dari pinggang hingga kebawah (sekarang mulai merambah ke tangannya) Ketut Kembar merasakan tantangan luar biasa untuk berpindah dari  rumahnya yang tidak akses. Tidak ada kamar mandi di kamarnya, hanya sebuah keran air dan baskom untuknya mencuci. Dunia yang kecil yang dikenalnya adalah dirinya yang kecil dan kamar tidur yang sempit.

Staf PUSPADI Bali memberikan Ketut Kembar sebuah kursi roda yang sesuai jadi dia bisa berpindah setelah beberapa tahun hanya didalam kamar. Tim kami akan bekerjasama dengan dia dan keluarganya untuk meningkatkan akses di rumahnya. Sejak Ketut Kembar sakit, suaminya meninggalkannya dan menikah lagi. Dia hanya punya pilihan tinggal dengan saudara perempuannya dan keluarganya (saudara perempuan yang mengharapkan anak). Untuk menghasilkan uang, dia membuat dan menjual tikar yang dianyam di pasar lokal dan menerima Rp. 10.000 untuk setiap tikar (yang mana kurang dari 1 dollar).

Ni Ketut Kembar dipuncak atas rumah bali tradisional, dimana tidak ada akses ke dunia luar.

Untuk Ketut Kembar dan Penyandang Disabilitas lainnya, mereka mempunyai hak untuk mendapat akses kesehatan, pekerjaan, pendidikan, keamanan dan air minum yang sehat.  Itu mengapa kami bekerjasama kembali dengan Kopernik untuk memberikan Navaza Bening dengan 2 penyaringan untuk Penyandang Disabilitas seperti Ketut Kembar, dan Penyandang Disabilitas lainnya, yang tinggal didaerah miskin di Bali.

Terima kasih untuk pendanaan dari Kopernik dan the Disability Initiative Grant (dukungan dari pemerintah Australia) 50 orang yang kita bantu mereka tinggal di beberapa daerah sulit dijangkau di Bali, sekarang akan menerima alat penyaring air.

Keseluruhan, kurang lebih 1,8 miliar orang menggunakan sumber air yang terkontaminasi kotoran. Selanjutnya, air yang terkontaminasi menyebabkan 502,000 kematian akibat diare. Di Negara berpenghasilan rendah dan menengah, 38% dari fasilitas kesehatan kurang memperhatikan sumber air, 19% tidak mempunyai sanitasi yang memadai, dan 35% kekurangan air dan sabun untuk mencuci tangan (WHO). Ini adalah tujuan dari pembangunan berkelanjutan PBB bahwa setiap orang bisa mengakses air bersih dan belum banyak orang bisa melakukannya karena faktor ekonomi dan infrastruktur.

Nazava Bening 2 penyaring air dengan kecepatan tinggi menyaring enam liter air perjam. Ketika melewati lilin saringan (terbuat dari keramik dan diresap perak juga karbon aktif), bakteri, Virus dan parasit di eliminasi, yang menghilangkan resiko kesehatan yang berhubungan dengan mengkonsumsi air yang tercemar.

Sekarang Ketut Kembar dan keluarganya punya penyaring air sendiri, mereka tidak perlu menunggu lama untuk minum dari air rebusan (yang dilakukan saudara perempuan tiga kali sehari) atau tidak merebusnya kemudian minum sekali dan sakit. Ini termasuk meningkatkan aksesibilitas mereka terhadap air minum yang aman dan potensi mengurangi masalah kesehatan, menghemat waktu juga uang.

Ni KetutKembar di kamar yang kecil, dimana tidak ada kamar mandi, hanya sebuah keran dan baskom untuk mencuci. Penyaring Navaza akan meningkatkan kualitas kehidupan keluarganya.