Sebuah Dunia yang Lebih Baik: Mempekerjakan Penyandang Disabilitas

Ketika berumur 19 tahun, Putu Sri Wikanadi kehilangan kakinya setelah sebuah kecelakaan sepeda motor saat SMA, dia semakin tidak yakin dengan hidupnya dan bagaimana dia bekerja  untuk dirinya sendiri.

Setelah menerima kaki palsu dari PUSPADI Bali, dia mulai melihat kemungkinan dimasa depannya dan tidak melihat kekurangan dari disabilitasnya. Mendapatkan kembali kepercayaan dirinya, Wikanadi menyelesaikan Program pelatihan soft dan hard skill yang mana menuntutnya untuk mengemban sebuah pekerjaan bagian keuangan di Happy Trails Sanur (Perusahaan perjalanan khusus mengatur tour dibagian Asia).

Happy Trail mendekati DNetwork karena mereka ingin memberi seorang dengan disabilitas kesempatan dan mereka menemukan yang tepat yaitu Wikanadi. “Kami tidak melihat disabilitas mereka tetapi kami lebih melihat kemampuan  dan apakah mereka mampu, mudah beradaptasi, serta bersedia untuk melakukan pekerjaan itu dan kami menemukannya pada Wikanadi,’’ ujar Ratna N.EkaSoebrata, Happy Trails’ External Relations Manager.

Bekerja di Happy Trails selama beberapa bulan, Wikanadi berperan memeriksa secara hati-hati nota yang masuk dari pemasok organisasi.  “Walaupun saya mempunyai disabilitas dan ini merupakan tantangan juga pengalaman, saya ingin lebih maju demi masa depan yang cerah dan mewakili penyandang disabilitas lainnya bahwa mereka tidak perlu merasa malu,’’ Ujarnya.

Wikanadi mulai menikmati bagaimana bekerja membuat ia tumbuh lebih baik secara pribadi dan professional.  “Dengan bantuan PUSPADI Bali dan Happy Trails, saya merasa  diterima oleh rekan dan Manager saya dikantor  menjadikan saya teman, mereka sangat terbuka kepada saya yang menolong dalam perkembangan saya,’’ Ujarnya.

Semangat, Kontrak Wikanadi di Happy Trails diperpanjang beberapa bulan.

Untuk Jefrianus Rangga Dao dari Malaka yang kehilangan kakinya dalam sebuah kecelakaan sepeda motor ditahun 2010, semangatnya kembali pulih setelah dibayar bekerja membersihkan kantor Jan’s Tours di Denpasar. Setelah kecelakaannya, Jefrianus 27 tahun tidak melanjutkan pekerjaannya memahat yang membuatnya merasa tak berdaya. Belum, ketika dia menerima kaki palsunya  di PUSPADI Bali, ia menemukan kehidupannya yang layak dan menjadi bagian program soft dan hard skill training.

Melalui program ini, Jefrianus belajar bahasa inggris, bagaimana menggunakan computer dan keterampilan lainnya yang bisa menguntungkan untuknya sebagai persiapan untuk memasuki dunia kerja kembali.  “Saya sangat senang menerima kaki palsu dari PUSPADI Bali dan saya senang mendapatkan kembali semangat untuk bekerja, tentu saja sebagai tim yang seperti keluarga,’’ Ujar Jefrianus.

Janice Mantjika menjalankan Jan’s Tours dan menjadi salah satu pengawas di PUSPADI Bali. Dia percaya mempekerjakan Jefrianus bisa membuka mata timnya dan yang bekerja diindustri pariwisata tentang beberapa kemampuan pekerja seorang dengan disabilitas. “Dia adalah best cleaner yang pernah kami punya dan pekerjaan ini membantunya membangun kepercayaan diri dan tentu saja menambah uang didompetnya,” Ujar Ibu Jan Mantjika. “Mempekerjakan seorang penyandang disabilitas memperlihat kepada organisasi lain bahwa mereka mempunyai kemampuan dan saya mencari pebisnis local untuk mempertimbangkan inklusi dan aksesibilitas di tempat kerja mereka.’’

Kami juga ingin lebih banyak mempekerjakan orang-orang karena kemampuan dan tidak mendiskriminasi- tentu saja ini hal yang normal tanpa pengecualian. Di Bali dan daerah lainnya di Indonesia, Penyandang Disabilitas terus berjuang, terutama dalam menemukan pekerjaan, yang membuat mereka merasa tidak berdaya, malu dan terjebak dalam kemiskinan.

Tim PUSPADI Bali percaya setiap Penyandang Disabilitas mempunyai potensi dan mereka mampu mengasah kemampuannya dalam program soft dan hard skill training, jadi mereka membangun kepercayaan diri, kemampuan berbahasa inggris, pengetahuan mengenai computer, dilanjutkan dengan menulis dan persiapan memasuki dunia kerja. Lebih dari 85 Penyandang Disabilitas telah lulus dari program kami dan beberapa dari mereka menjadi pengusaha atau bekerja diperusahaan di Bali.

Meskipun tidak ada data resmi mengenai jumlah pengangguran Penyandang Disabilitas di Indonesia, sangat disayangkan, diperkirakan hanya 1% dari mereka yang dipekerjakan. Itu berarti  siklus diskriminasi terus-menerus terjadi karena beberapa perusahaan tidak melihat mereka setara dengan masyarakat.

Ketika beberapa organisasi seperti Happy Trails dan Jan’s Tours membukakan pintu untuk Penyandang Disabilitas, itu berarti menunjukan bahwa bekerja bersama sebagai sebuah tim mengasilkan beberapa hal positif untuk keduanya baik individu maupun bisnis.