Mahasiswa Universitas di Australian mengembangkan kerjasama dengan PUSPADI Bali untuk memahami hak-hak Penyandang Disabilitas

 

Lima mahasiswa dari Universitas Flinders bagian Disabilitas dan masyarakat inklusi mendapatkan pengalaman secara nyata melalui kerja lapangan luar negeri pertama di PUSPADI Bali, sebuah yayasan yang membantu lebih dari 4,500 penyandang disabilitas di Bali dan Indonesia Timur.

Profesor Caroline Ellison dan mahasiswanya dari Australia telah melakukan kerja lapangan minggu efektif di PUSPADI Bali, dimana mereka belajar tentang meningkatkan dukungan untuk Penyandang Disabilitas di Negara berkembang.

“Dari sudut pandang universitas, ada bagusnya bagi siswa untuk memiliki pengalaman yang beragam dan memahami budaya, dan juga melihat dunia bukan dari sudut pandang mereka tetapi lebih dari yang dibayangkan mereka,’’ ujar Professor Ellison.

“Selama di PUSPADI Bali, Saya telah memperhatikan cara kerja petugas lapangan, dari cara staf berinteraksi dengan Penyandang Disabilitas dan bagaimana mereka berbagi keterampilan dan pengetahuan untuk membantu orang-orang yang sangat memerlukan bantuan,’’ Ujar Sarah Baillie, mahasiswa Flinders University.

Kerjasama antara universitas dan yayasan terjalin ketika Profesor Ellison dan Direktur PUSPADI Bali I Nengah Latra bertemu saat menjadi peserta dalam Australian Award di tahun 2015 antara Flinders DCIU dan Kementerian sosial di Indonesia. Dari sana, mereka memulai koordinasi untuk mahasiswa memulai kerja lapangan di bulan Juni.

“Kami sangat menghargai berbagi informasi dan budaya antara Profesor Ellison, mahasiswa dan tim PUSPADI Bali karena kami saling belajar tentang hak-hak disabilitas, tentu saja bagaimana Penyandang Disabilitas bisa menggunakan kekuatannya untuk memperbaiki aksesibilitas, inklusi dan toleransi di masyarakat,’’ ujar I Nengah Latra, Direktur PUSPADI Bali.

Para mahasiswa mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai masalah disabilitas melalui kunjungan lapangan ke Bali Timur dan Utara dengan staff PUSPADI Bali, yang secara teratur memberikan pelayanan rehabilitasi, alat bantu gerak atau kursi roda untuk daerah terpencil atau daerah yang sulit di akses.

“Sangat menarik untuk melihat bagaimana staf PUSPADI Bali telah mejalin hubungan yang baik dengan keluarga penyandang disabilitas dan masyarakat,’’ ujar Nicky Byrne, Mahasiswa Flinders University.

“Model kunjungan (di Australia barat) adalah sesuatu yang kami tidak tahu jelas karena orang-orang didaerah akan melakukan perjalanan ke kota untuk kursi roda atau bantuan lainnya dan jika seseorang tidak mempunyai uang, itu sangat sulit.”

Para mahasiswa juga mengamati perbedaan yang jauh sekali bantuan untuk penyandang disabilitas di Bali dan Australia.

“Kami melihat banyak sekali pekerjaan yang dilakukan PUSPADI Bali, kami yang bekerja dengan organisasi penyandang disabilitas di Australia benar-benar dibantu penuh oleh pemerintah, itulah yang membuat berhasil dan kami juga mempunyai skema Jaminan disabilitas Nasional tetapi di Bali tidak seperti dinegara kami,‘’ ujar Leigh-Anne Hodgetts, mahasiswa Flinders University.

PUSPADI Bali berkantor di Annika Linden Centre adalah sebuah social incubator untuk yayasan yang melayani disabilitas.

Disamping kunjungan lapangan, para mahasiswa juga belajar mengenai cara-cara pembuatan kaki palsu yang berkualitas di bengkel PUSPADI Bali, juga membantu di YPK. Di sisi lain, mereka juga bermain kursi roda dengan staf PUSPADI Bali di Bali Sports Foundation.

Dalam perjalanan ke Bali, Professor Ellison dan para mahasiswa membawa 300 buku (senilai $ 2.000 AUD) dari sumbangan anak-anak untuk disumbangkan ke Perpustakaan dan Pusat Pembelajaran Bungaya PUSPADI Bali. Perpustakaan dibuka kira-kira pada bulan Agustus dan didanai melalui Program Bantuan Langsung Pemerintah Australia, upaya penggalangan dana remaja Bali dan Australia Tyas Latra dan Samara Welbourne, serta sumbangan lainnya.

Selama penempatan mereka, Professor Ellison dan mahasiswanya juga mendapat kesempatan bertemu dengan Australian Konsul untuk Bali Drew Boekel dan Australian Consul-General untuk Bali Dr Helena serta dengan dosen dari UniversitasUdayana.

“Kami menghargai penempatan luar negeri ini karena Flinders University mempunya banyak mahasiswa dari kawasan ASEAN dan kami percaya bahwa disabilitas bukan sebuah tragedy tetapi tentang keragaman dan penerimaan,’’ ujar Professor Ellison.

Ada rencana lebih banyak mahasiswa Flinders University mempelajari disabilitas untuk ditempatkan lagi di PUSPADI Bali.

Kontak:

Stephanie Fitzpatrick

Communications and Social Media Coordinator

(+62) 812 845-39-329