Terobosan terbaru, penelitian dalam pendistribusian Kursi Roda di Negara Berkembang

I Ketut Gigir (Peserta WUV projek) Karangasem, Bali Timur.

I Ketut Gigir tinggal dengan keluarganya dirumah yang terbuat dari batu bata di daerah terpencil Karangasem, dengan dikelilingi banyak pohon dan ternak. Tahun 1985, Ketut Gigir menjadi lumpuh setelah jatuh dari pohon, yang memaksanya untuk belajar bagaimana menjalani hidup dengan cara yang berbeda.

Sejak saat itu, ia menggunakan kursi roda untuk melanjutkan hidupnya dan sedihnya ia tidak bisa berjalan-jalan sekitar desa karena tidak akses.

Indonesia mempunyai populasi terbesar didunia dan 11 juta orang merupakan penyandang disabilitas (yang mana memasuki  4.5% populasi).

Ketut Gigir adalah salah satu dari 150 orang dengan disabilitas yang setuju untuk menjadi bagian dari wheelchair user voice pilot projek untuk tiga bulan kedepan.  UCP Wheels for Humanity mempunyai kerjasama dengan organisasi lokal PUSPADI Bali dan UGM yang menjalankan projek ini. Petugas lapangan memasang sensor di kursi roda untuk mengambil data dari dampak penggunaan kursi roda bagi kualitas hidup pengguna dan bagaimana penggunaanya dinegara berkembang untuk penyandang disabilitas.

Peneliti dari WUV memulai wawancara dengan Ketut Gigir dan yang lainya untuk mengetahui secara rinci informasi mengenai latar belakang mereka, kehidupan dan bagaimana mereka menggunakan kursi roda. Informasi yang didapat dari kuisioner kemudian dianalisa dan merupakan bagian dari study (yang akan dimulai akhir tahun ini).

Sensor akan diletakan di roda dengan enam jenis kursi roda yang berbeda di Bali. Sekali mereka bergerak maka akan mengaktifkan sensor, akan dilanjutkan pengambilan data dalam daya tahan, kinerja, jarak tempuh dan faktor lainnya.

Data juga akan diambil dengan mengirim pesan singkat setiap bulannya kepada pengguna kursi roda yang ikut dalam projek ini. Setelah selesainya studi percontohan ini, akan dimulai dengan studi 15 bulan penelitian.

   

Ketut Gigir adalah salah satu dari 150 peserta yang menerima sebuah kursi roda baru, sebagai bagian dari projek.

“Saya senang menjadi bagian projek ini, kursi roda bisa membantu saya untuk bekerja (membuat tempat sesaji) dan melalukan sesuatu sendiri,’’ ujarnya.

Penelitian ini unik karena menggabungkan evaluasi komperatif kursi roda (wawancara dan pengumpulan data dari dari 150 orang penyandang disabilitas di Bali yang menerima kursi roda baru dan terlibat dalam penelitian), serta mewawancara 60 pengguna kursi roda yang tidak menerima kursi roda baru untuk penelitian pementaan komperensif lebih lanjut.

Kehidupan tidak berakhir hanya karena mengalami disabilitas dan PUSPADI Bali meningkatkan angka pemberdayaan penyandang disabilitas untuk mendukung potensi mereka melalui program rehabilitasi, pendidikan, pelatihan dan advokasi.

Bagaimanapun,kenyataan untuk beberapa orang yang hidup dengan disabilitas didaerah tertinggal di Bali dan Negara-negara berkembang, sangat sulitnya suara mereka didengar dan mengakses layanan rehabilitasi, kesehatan dan layanan pendukung lainnya (misalnya mendapat kursi roda yang cocok atau alat bantu gerak lainnya).

Ini adalah alasan utama mengapa pilot projek ini dilaksanakan, karena ini memberi kita kesempatan untuk menganalisa dari lingkungan sosial, Kesehatan dan dampak ekonomi serta kualitas pengguna kursi roda,’’ ujar  Dr. Karen Reyes, pengguna kursi roda dari UCP Wheels for Humanity.

PUSPADI Bali memegang peran penting dalam membantu penyandang disabilitas di pulau ini tetapi kerja keras perlu dilakukan untuk bisa melayani dan menyediakan fasilitas penyandang disabilitas didaerah terpencil (misalnya penyediaan kursi roda dan alat bantu serta layanan kesehatan).

Pejabat pemerintah, pembuat keputusan, yayasan dan organisasi lainnya perlu melibatkan penyandang disabilitas dalam mengambil keputusan ataupun melibatkan mereka dalam isu-isu disabilitas.

“Pada akhirnya penelitian wheelchair user voice pilot projek ini menjadi acuan dalam pengambilan keputusan kebijakan dan filantropi, sehingga menjadi satu pemikiran. Kami ingin menunjukan secara nyata bahwa memberikan kursi roda yang tepat bisa meningkatkan partisipasi penyandang disabilitas,’’ ujar Dr. Karen.

Selama beberapa minggu kedepan, projek ini akan berfokus pada pendistribusian kursi roda dan pengambilan data. Setelah pilot projek selesai, semua data yang didapat akan direvisi dan dianalisa sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut.

Wayan Purnai tuli dan tidak bisa berbicara tapi mengekspresikan dirinya melalui bahasa isyarat. Dia memiliki kaki kanan yang lumpuh dan menggunakan kursi roda.
I Nyoman Botok dari karangasem jatuh dari pohon 25 tahun lalu dan ia diamputasi. Nyoman Botok menyetejui untuk menjadi bagian dari WUV Pilot projek dan secara aktif menggunakan kursi roda, disekitar lingkunganya.